Sejak dua puluh lima tahun lalu Y.B. Mangunwijaya merintis Sekolah Dasar Eksperimental di pedukuhan Mangunan, Kalitirto, Sleman, Berbah, Yogyakarta dengan membawa misi dan cita0cita yang luhur, yakni menemukan sistem pendidikan dasar yang berpihak pada anak, terutama anak-anak miskin. Ia menguji cobakan sebuah model pendidikan yang membuka kesempatan pada anak-anak untuk belajar secara gembira dan merdeka sesuai dunia anak-anak, namun tetap terarah pada pemekaran bakat-bakat mereka secara eksploratif, kreatif dan integral. Hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah membantu anak dalam membangun karakter kesetiakawanan, kerja sama, mandiri, disiplin, berdaya juang, dan lentur dalam perkembangan zaman yang cepat ini. Gagasan yang dicetuskan dari seperempat abad ini diuji cobakan sendiri selama hampir lima tahun itu sangat visioner dan relevan dengan perkembangan zaman yang menuntut kreativitas, kemandirian, dan kemampuan berjejaring secara sinergis dalam hidup.

Y.B. Mangunwijaya juga menegaskan pentingnya pendampingan para guru secara berkelanjutan. Guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan komunitas pembelajar yang meliputi guru, murid, orang tua, masyarakat, dan semua yang terlibat dalam proses eksperimentasi. Oleh karenanya, tiap guru didorong untuk mengujicobakan berbagai metode dan rancangan pembelajaran yang kreatif untuk menjawab kebutuhan pemekaran bakat anak-anak. Inilah yang menjadi embrio action research atau penelitian tindakan. Hasil-hasil penelitian tindakan yang dihadirkan dalam buku Penelitian Tindakan di Kelas Mengalir dari Hati: Wujud Pembelajaran Eksperimental Y.B. Mangunwijaya ini diharapkan pada saatnya bisa menginspirasi berbagai sekolah. Dengan demikian, sekolah dasar di Indonesia dapat menjadi komunitas pembelajar yang sangat menggairahkan.

Tidak tersedia versi lain

Tidak Ada Data